Sabtu, 09 Februari 2013

WAWANCARA SEMESTER 2



Banjir di Jakarta, Kamis lalu berdampak lebih parah dibanding tahun 2007, dan curah hujan baru setengahnya. Padahal Kanal Banjir Timur baru saja dibuka, apa yang salah?


Marco
Kusumawijaya

Narasumber = Marco









Wawancara Marco Kusumawijaya dengan wartawan , tentang banjir sekarang lebih parah dibanding tahun 2007.

Marco               :     “Sejak dulu sudah salah pendekatannya karena kita membangun infrastruktur berlomba-lomba. Kalau Anda follow twitter saya, di situ ada definisi dari banjir.”

(twitter Marco @mkusumawijaya menuliskan 'A.AirPermukaan=(B.dr hujan)+(C.dr kegiatan manusia)-(D.yg diserap). Turunkan Air Permukaan-->>turunkan C dan tingkatkan D', red)

Wartawan         :     “Itu sudah sangat jelas bahwa banjir artinya air permukaan yang tidak berhasil disalurkan baik di saluran awal maupun buatan. Sejak dulu kita berlomba-lomba membuat lebih banyak saluran ini tetapi air permukaannya tidak ada usaha untuk menguranginya. Terus saja memperbesar saluran termasuk di BKT,

                                tetapi hampir tidak ada upaya menurunkan air permukaan yang liar itu, yang turun dari hulu maupun di Jakarta sendiri.”
Marco           :     “Salahnya di situ. Kalau mau mengurangi banjir, kita tidak bisa memperbesar saluran-saluran, tapi mengurangi juga air permukaan. Nah di situ salahnya.”
Wartawan       :       “Kejadian ini luar biasa, menunjukkan sangat jelas kesalahan itu. Ini ditunjukkan juga studinya Restu Gunawan berjudul 'Gagalnya Sistem Kanal'.”

(Marco sempat bercerita menjadi korban banjir, istrinya dan anaknya mengungsi. Sementara sebelum banjir dia sudah ada di Yogyakarta, red)
Marco             :       “Ini sudah nggak bisa dibantah lagi, ubah pendekatan dari sekedar membesarkan saluran dan waduk pengalir, kita harus berusaha mengurangi air permukaan . Mengurangi air permukaan pertama memeperbaiki keadaan di hulu, memperbaiki keadaan di hilir, memberi syarat-syarat yang berat terhadap pembangunan apapun. Apapun yang dibangun baru harus bisa menyerapkan air minimal sebanyak sebelum yang dibangun sesuatu di atas lahan itu. Hitung lagi, setiap lahan di bawahnya menyerap sebanyak-banyaknya air. Harus kurangi pembangunan yang sifatnya menutupi tanah, tidak bisa tidak, mengurangi pembangunan tapi bisa juga menerapkan cara-cara membangun yang baru, misalnya lahan yang tertutup sesedikit mungkin. Ada ruang terbuka atau membuat  sumur resapan. Seluruh cara membangun diubah menjadi pendekatan yang tidak mengecilkan air permukaan.
Wartawan           :   “Sekarang gubernur baru, Jakarta baru, padahal sudah 100 tahun salahnya. Dan mengapa ? Jelas karena pendekatan bersifat infrastruktur lebih mudah secara politis, pendekatan konservasi pendekatan lestari tampaknya lebih sulit secara politis karena harus kerja sama dengan provinsi sekitar. Mendisiplinkan birokrasi dan menggerakkan masyarakat.”
Bagaimana membuat warga DKI dan sekitarnya menjadi lebih peduli terhadap konservasi lestari ini ? “

                                      
Marco                 :   “Justru itu, gubernur baru sangat tepat untuk mengubah pendekatan permasalahan air Jakarta menjadi pendekatan konservasi. Mereka berdua (Jokowi-Ahok) mempunyai hati dan keterampilan menggerakkan masyarakat dan bekerja sama dengan masyarakat sekitarnya. Mereka merupakan pasangan yang secara historis sangat tepat .
                                        Jakarta Baru, jadi jangan menyalahkan dia untuk banjir sekarang ini. Tapi bila dia tidak memainkan perannya yang sangat historis untuk ubah pendekatannya, 2-3 tahun yang akan datang nanti disalahin juga. Ini mumpung masih baru. Apa barunya Jakarta? Sekarang waktunya mereka berdua mewujudkan Jakarta Baru melalui pendekatan konservasi. “
Wartawan        :  “ Banjir di Jakarta bukan hanya faktor hujan lokal di Jakarta saja, tetapi juga air kiriman dari Bogor. Nah bagaimana menyentil Pemprov di luar DKI Jakarta ini agar mau menata wilayahnya juga, seperti sudah banyak resapan air di Puncak berubah menjadi villa ? “

Marco                 :   “Jadi begini, tentu saja pelayanan pengelolaan air secara lestari tidak bisa begitu saja, karena masing-masing provinsi punya batas administratif. Provinsi ini punya batas sendiri, ada catchment area. Kan Gubernur Jokowi sudah ketemu Gubernur Jawa Barat, ditindak lanjuti saja.”
Wartawan           :   “Hal apa saja yang harus dilakukan ( di tindak lanjuti ) ? “
Marco                 :   “Bisa penghutanan kembali kawasan di lereng Gunung Salak-Gede-Pangrango, menertibkan kawasan Puncak, kemudian pengelolaan sungai. Kalau pengelolaan sungai merupakan satu kesatuan di bawah pemerintah pusat.”
Wartawan           :   “Tetapi, bagaimana jika ada orang yang masih tidak mengerti atau menyalahgunakan kegiatan seperti ini ? “
Marco                 :   “Kelemahannya bukan di kewenangan, kelemahannya program konkrit dan disiplin dalam melaksanakan program itu.



                                    Seperti sumur resapan sudah ada Pergubnya, tidak dilaksanakan dengan benar. Warga sudah harus sadar kalau diminta membuat sumur resapan, bikinlah, jangan curi-curi lagi. Jangan karena kesalahan satu-dua orang semua kena getahnya.
Rumah saya menurut saya paling ramah lingkungan. Semua halamannya saya bongkar, tertutup tanah semua agar air bisa masuk tanah. Saya tidak berdosa dalam hal itu, tapi terkena juga.
Warga bekerja bersama-sama, jangan satu-dua orang egois. Beri hukum yang keras bagi yang menyebabkan kerugian khalayak ramai. Peraturan lingkungan itu harusnya sama berat dengan korupsi.
Wartawan              :    Jadi bagaimana bisa menggerakkan masyarakat ini untuk mengatasi banjir?
Marco                 :   “Jadi dua hal. Pertama, ini gubernur populer yang bisa menggerakkan massa, saya harap demikian. Kedua, organisasi saya banyak sekali melakukan berbagai hal masih menggunakan instrumen tata ruang, memberikan informasi yang massive bagi masyarakat banyak alatnya, seperti social media. Saya yakin bisa dirancang suatu sistem masyarakat itu dapat berperan, kontributif dan tidak melanggar aturan. Memang harus ada kampanye yang massive. Saya siap. Saya mengimbau, mari kita duduk bareng, bagaimana sama-sama menyelenggarakan pendekatan konservasi. Pendekatan konservasi melibatkan masyarakat, nggak bisa nggak. Bagaimana menghemat air dengan menyerap air.
Ini kesempatan yang baik bagi Jokowi dan Basuki. Kami telah membuat banyak buku kecil petunjuk tata ruang, kami bagikan pada puluhan ketua RT.”
Wartawan           :   “ Lalu , bagaimana contoh langkah mudah partisipasi warga dalam skala rumah tangga untuk mengatasi banjir?
Marco                 :   “ Buat sumur resapan, itu juga hati-hati karena bisa mencapai lapisan pasir. Tapi tetap butuh informasi dan petunjuk. Masing-masing keluarga memiliki, bukan hanya sumur resapan, tetapi alirkan semua air dari atas ke tanah kembali. “


Wartawan           :   “ Jika halamannya luas , apa yang akan warga lakukan ?
Marco                      :    “Kalau halamannya luas, ya langsung ke tanah. Kalau tak punya (halaman) bikin sumur resapan, airnya ditampung dengan talang, dialirkan ke sumur resapan. “
Wartawan           :   Bagaimana dengan lahan-lahan yang sudah terlanjur dibangun gedung-gedung bertingkat di Jakarta ini? Apa bisa diperbaiki dan ditata kembali untuk resapan air permukaan?
Marco                 :   “ Pertajam disiplin. Yang belum dibangun harus betul-betul dikenakan aturan-aturan yang ketat. Kalau perlu membuat komite masyarakat untuk mencegah dan memproteksi ruang terbuka yang ada. Baru kita bicarakan gedung-gedung yang sudah terbangun.
Saya yakin masih mungkin melakukan tindakan. Misalnya di halaman, di mana masih ada halaman maksimum dibuka tempat untuk air menyerap dengan atau tanpa sumur resapan. Perlu aturan insentif gerakan massa dan sosial. Mestinya gubernur baru bisa ini. “
Wartawan           :   “ Apa Gubernur DKI Jakarta Jokowi pernah melontarkan ide untuk mengatasi banjir seperti beli lahan untuk ruang terbuka hijau, membuat sumur-sumur resapan hingga membangun terowongan raksasa untuk gorong-gorong. Apakah cara-cara itu akan membantu mengurangi banjir di Jakarta? 
Marco                 :   “Kan sudah saya jelaskan tadi. Pembangunan insfrastruktur                                yang sifatnya mengalirkan air itu manja, hanya menyalurkan air. Seharusnya yang dibangun yang lebih bersifat konservasi, infrastruktur itu hanya merawat.
Ada pembenaran studi dari World Bank, ahli-ahli Belanda mengatakan bahwa saluran-saluran yang kita sudah punya saja bilai diperbaiki kapasitasnya bisa turun 60 persen (banjir-nya), dikeruk dalam waktu tertentu. Untuk kemudian melalukan pemulihan alam dengan pendekatan konservasi, agak perlahan memang dampaknya, jangka menengah. “

                                                                                                                                                 

                                  
Wartawan           :   “ Ya, baik terimakasih atas Info atau pemberitahuan bapak tentang banjir yang ada di Jakarta. Informasi dari  bapak tadi cukup memuaskan untuk berita kami , kami meminta maaf jika kata – kata saya ada yang salah , dan kami ucapkan terimakasih bapak .











     اَلْحَمْدُلِلّهِ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hai Sobat Bloggerrr.....???!!!
Jika sudah membaca artikel Saya,
Jangan lupa tinggalkan komentar , yahh...???
Terimakasih ^_^ .